Rabu, 23 Oktober 2013

Ekonomi Koperasi

EKONOMI KOPERASI
KUNJUNGAN KOPERASI SEJAHTERA
Universitas Gunadarma Fakultas Ekonomi
Akuntansi ( S1 )






Anggota :
o   Danu Abdullah                     21212704
o   Nayla Syahadah                   25212269
o   Darmawan                            21212720
o   Ari Raga Rizaldy                  21212068
o   Cita Sekar Oktabrian          21212625
o   Helmi Hendrayadi                23212373



PENDAHULUAN


1.      LATAR BELAKANG
                         Makalah Koperasi ini membahas tentang Sejarah, prinsip, manajemen, tujuan dan fungsi, sisa hasil usaha, jenis dan fungsi, permodalan, evaluasi keberhasilan koperasi, analisis laporan keuangan, peranan koperasi. Makalah ini dibuat karena adanya tugas kelompok dari dosen Ekonomi Koperasi yaitu Sriyanto. Disamping itu untuk memenuhi tugas softskill pada blog dan studentsite.


2.      TUJUAN
·         Mengetahui sejarah perkembangan koperasi Sejahtera
·         Mengetahui tentang konsep koperasi Sejahtera.
·         Memahami aliran koperasi Sejahtera.

3.      RUMUSAN MASALAH
a.       Apa pengertian dari sejarah, prinsip dan tujuan keporasi Sejahtera?
b.      Bagaimana cara mendapatkan sumber dana dan pembagian sisa hasil usaha?
c.       Mengapa diperlukan koperasi Sejahtera di wilayah Srengseng Sawah?



II. ISI
1. Sejarah Koperasi
Di kelurahaan srengseng sawah tumbuh secara cepat industri kecil dan usaha ikan air tawar terutama setelah krisis ekonomi awal tahun 1997, usaha tersebut di atas terdiri dari ikan hias, ikan konsumsi, industri makanan ringan, minuman segar, kerajinan tangan, rajutan, tanu buah belimbing, dan lain-lain. Potensi ini mendapat tanggapan yang positif dari tokoh masyarakat, sehingga perlu didirikan koperasi yang dapat di jadikan bank desa, sebagai intermediasi finansial yang mendukung usaha kecil yang tumbuh menjamur tersebut. Maka pada tanggal 3 desember 1998 berdirilah KSU warga sejahtera, srengseng sawah.
Karena tuntunan dan permohonan calon anggotayang terus berkembang, sementara wilayah gerak usaha yang terbatas oleh legalitas KSU, maka KSU unit simpan ditingkatkan statusnya menjadi koperasi simpan pinjam sejahtera (KSP Sejantera)

2. Prinsip Koperasi
·         Keanggotaan sukarela & terbuka
·         Pengawasan oleh anggota koperasi
·         Anggota berpartisipasi aktif dalam koperasi
·         Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom & independent
·         Koperasi menyelenggarakan pendidikan & pelatihan banggi anggota, pengawas, pengurus, dan karyawannya serta memberikan info pada masyarakat tentang jati diri keanggotaan dan kemanfaatan koperasi
·         Koperasi melayani anggotanya serta memperkuat gerakan koperasi dengan kerja sama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional, regional, dan internasional
·         Koperasi bekerja untuk pembangunan lingkungan dan masyrakatnya melalui kebersamaan yang di sepakatin anggotanya
Sesuai  dengan Undang-undang Republik IndonesiaNo.17 Thn.2012

3. Manajement Koperasi
Dalam koperasi sejahtera menerapkan tingkatan manajemen sesuai Job Dese yaitu:
·         Struktur pengurus
·         Struktur pengawas
·         Struktur pengelola


4. Tujuan & Fungsi Koperasi
koperasi sebagai organisasi ekonomi yang sehat, kuat, mandiri, dan tangguh, serta terpercaya sebagai entitas bisnis, yang mendasarkan kegiatannya pada nilai dan prinsip koperasi

5. Sisa Hasil Usaha Koperasi
Pada prinsip berdasarkan nilai partisipasi / konstribusi tiap anggota koperasi simpanan pokok , wajib & pembayaran jasa pinjaman koperasi merupakan nilai pembagi dari total SHU koperasi yang di terima. Cara pembagiannya yaitu :
1)    Simpanan Pokok 1X Rp. 100.000-,
2)    Simpanan Wajib ( Tiap Minggu ) Rp. 10.000-,
3)    Berdasarkan Biaya jasa pinjaman yang di bayar ( semakin besar biaya jasa semakin besar pendapatan SHU.
4)    Simpanan Sukarela ( tabungan yang sekarang sistem online ) dengan balas jasanya 12 % ( bukan faktor pembagi SHU ) yang di kelola oleh Koperasi Sejahtera.

6. Permodalan Koperasi
            Dalam permodalan koperasi Sejahtera didapat dari anggota koperasi dan modal dari luar. Dari sumber dana itu koperasi mengelola demi kepentingan kesejahteraan anggotanya. Sumber dana tersebut yaitu:
1)    Sumber dana dari nggota ( Simpanan pokok, simpan wajib, dan simpanan sukarela serta modal sendiri )
2)    Modal dari luar ( pinjaman dari perbankan dan pemerintah )

7.Keberhasilan yang di peroleh Koperasi Sejahtera 
1)    Kebutuhan anggota akan modal kerja tercukupi.
2)    Memberi pemahaman dan pengetahuan lebih melalui pendidikan anggota tentang mengelola usaha yang baik dan benar.
3)    Selain permodalan , ada pula pemasaran dari koperasi Sejahtera yang berhasil
Dari segi perusahaan Koperasi Sejahtera. Keberhasilan yang di dapat sejak berdirinya koperasi tersebut sampai total aset saat ini Rp. 4.600.000.000-,/
Setiap hari laporan keungan dibuat dan di buat secara online dapat di lihat anggotanya, tetapi pada akhirnya secara keseleruhannya laporan yang di buat  untuk di laporkan ke anggotanya dibuat setiap setahun sekali.

8. Peranan Untuk Anggota
            Koperasi Sejahtera berperan penting pada anggotanya yaitu :
1)    Jasa pinjaman yang dulunya besar sekarang kecil
2)    Melayani keperluan kebutuhan anggotanya
3)    Mensejahterakan taraf hidup anggota.
Perbedaan pada koperasi jaman dulu dan jaman sekarang yaitu mencolok dari segi IT. Pada saat sekarang sesuatu yang terjadi di koperasi langsung bisa diketahui oleh anggotanya beda karena dengan perkembangan tekhnologi pada jaman dahulu yang sulit diketahui karena menggunakan sistem manual. Sedangkan untuk keanggotaannya koperasi Sejahtera meningkat setiap tahunnya kurang lebih 100 anggota.

 9. Struktur Kepengurusan Koperasi Sejahtera






Rabu, 16 Oktober 2013

Tugas 1 MSDM (2EB07)



Lowongan Kerja PNPM Mandiri Perdesaan Yogyakarta

 Sekretariat PNPM Mandiri Perdesaan D.I.Yogyakarta
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM)
Jln. Tentara Rakyat Mataram No. 31, Yogyakarta 55231
Dibutuhkan :

1. Fasilitator Kecamatan Pemberdayaan (Kode FPKEC) Persyaratan :
- Pendidikan minimal S1 atau D3 semua bidang ilmu;
- Mempunyai pengalaman kerja yang relevan dengan program/proyek berbasis pemberdayaan
masyarakat minimal 3 (tiga) tahun untuk S1 dan minimal 5 (lima) tahun untuk D3;
- Memiliki pengalaman berorganisasi dan kegiatan sosial kemasyarakatan;
- Mengenal budaya dan adat istiadat setempat/Yogyakarta;
- Diutamakan dapat berbahasa daerah;
- Mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office dan internet;
- Sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan di kecamatan;
- Usia saat pendaftaran maksimal 45 (empat puluh lima) tahun.

2. Fasilitator Kecamatan Teknik (Kode FTKEC)
Persyaratan :
- Pendidikan minimal S1 atau D3 Teknik Sipil;
- Mempunyai pengalaman kerja yang relevan dengan program/proyek berbasis pemberdayaan
masyarakat minimal 3 (tiga) tahun untuk S1 dan minimal 5 (lima) tahun untuk D3;
- Memiliki pengalaman berorganisasi dan kegiatan sosial kemasyarakatan;
- Mengenal budaya dan adat istiadat setempat/Yogyakarta;
- Diutamakan dapat berbahasa daerah;
- Mampu mengoperasikan komputer minimal Microsoft Office dan internet;
- Sanggup bertempat tinggal di lokasi penugasan di kecamatan;
- Usia saat pendaftaran maksimal 45 (empat puluh lima) tahun.

Berkas lamaran dikirim melalui Pos dan ditujukan kepada :
Satker PNPM Mandiri Perdesaan DIY
Badan Pemberdayaan Perempuan dan Masyarakat (BPPM)
Jln. Tentara Rakyat Mataram No. 31, Yogyakarta 55231
dengan melampirkan :
1. Surat lamaran ditulis tangan dengan tinta hitam dan dibubuhi materai Rp. 6.000,-
2. Fotocopy Ijazah terakhir dan Transkip Nilai (yang sudah dilegalisir)
3. Daftar Riwayat Hidup diketik lengkap dengan No. HP dan alamat email.
4. Pas Photo ukuran 4×6 sebanyak 2 (dua) lembar berwarna
5. Fotocopy KTP 1 (satu) lembar
6. Surat Keterangan Pengalaman Kerja
Lamaran paling lambat diterima tanggal 21 Oktober 2013 (Cap POS). Hanya pelamar yang memenuhi
syarat/kualifikasi yang akan dipanggil untuk mengikuti proses seleksi selanjutnya.
 
 

Jumat, 28 Juni 2013

INFLASI DI INDONESIA


INFLASI DI INDONESIA

Tahun 2010 telah terlewati dan member catatan tentang inflasi yang ditergetkan yaitu 6,96%. Angka tersebut telah melampaui target yang telah ditetapkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Namun inflasi tersebut dikatakan cukup terkendali sejalan dengan menguatnya nilai tukar rupiah.
Inflasi dalam ilmu ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus berkaitan dengan mekanisme pasar yang berkaitan dengan beberapa faktor, yaitu: meningkatnya konsumsi masyarakat, kelebihan likuiditas di pasar yang memicu konsumsi, bahkan spekulasi, sampai ketidak lancaran pendistribusian barang-barang sampai wilayah yang dituju.
Inflasi merupakan hal yang penting untuk dpantau karena keberadaanya sangat erat hubungannya dengan daya beli masyarakat. Inflasi di dunia modern sangat memberatkan masyarakat, dikarenakan dapat mengakibatkan melemahnya efisiensi dan produktifitas ekonomi investasi. 
Keberadaan inflasi, kenaikan harga barang,  ketidak jelasan ongkos serta pendapatan yang di terima oleh masyarakat senantiasa menjadi permasalahan yang memberatkan pihak masyarakat menengah kebawah.
  • PENDAHULUAN
Inflasi, suatu kata yang tidak asing lagi bagi para agen ekonomi, tidak saja bagi pemerintah dan pelaku bisnis menengah-besar, tetapi juga bagi lapisan terbawah penggerak sektor riil, termasuk sektor rumah tangga keluarga. Kata ini selalu pula menjadi obyek studi para peneliti ekonomi, dan referensi kebijakan oleh pemerintah untuk berbagai alternatif keputusan ekonomi dan politik. Tidak hanya itu, inflasi selalu pula menjadi “kata kunci” keputusan investor untuk berinvestasi di negara tujuan investasi. Inflasi yang terkendali (baca: rendah dan stabil) selalu memberikan insentif ekonomi bagi para agen ekonomi, menambah insentif politik bagi pejabat pemerintah, dan memperbaiki catatan positif kinerja perekonomian nasional.
Sebaliknya, inflasi yang tak terkendali dipastikan dapat mereduksi potensi profit para pengusaha, mengorupsi daya beli konsumen, menimbulkan inefisiensi aktivitas produksi, dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi nasional. Singkatnya, gejolak inflasi bisa memunculkan piuh pada sisi produksi, konsumsi, fiskal pemerintah dan memperburuk kinerja makro-ekonomi suatu Negara.

  • ISI
Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat secara terus menerus. Inflasi juga dapat terjadi apabila arus uang dan baranag mengalami gangguan atau ketidak lancaran pendistribusian barang sampai daerah yang dituju. Dari pengertian tersebut inflasi dapat diartikan suatu gejala dimana banayak terjadi kenaikan harga secara di sengaja maupun alami terjadi secara sendirinya, dikarenakan faktor terganggunya arus uang dan pendistribusian barang. Tidak hanya disuatu wilayah, inflasi dapat terjadi dinegara lain bhakan diseluruh dunia.

Inflasi dapat digolongkan berdasarkan parah tidaknya inflasi, yaitu:
Inflasi Ringan (Di bawah 10% setahun)
Inflasi Sedang
Inflasi Berat ( antara 50-100% setahun)
Hiper Inflasi (di atas 100% setahun)
Inflasi di suatu Negara atau dibeberapa daerah dapat terjadi oleh beberapa faktor yaitu:
Jumlah uang yang beredar, dan defisit anggaran belanja pemerintah.

Penyebab inflasi dapat dibagi menjadi beberapa kategori yaitu:
1. Demand Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan permintaan agregat yang melebihi kenaikan penawaran agregat
2. Supply Side Inflation, yaitu disebabkan oleh kenaikan penawaran agregat yang melebihi permintaan agregat
3. Demand Supply Inflation, yaiti inflasi yang disebabkan oleh kombinasi antara kenaikan permintaan agregat yang kemudian diikuti oleh kenaikan penawaran agregat,sehingga harga menjadi meningkat lebih tinggi
4. Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi, yaitu inflasi yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi semakin tidak relevan dalam kenyataan.
Keberadaan inflasi di suatu Negara atau di suatu wilayah dapat dikendalikan atau dapat dicegah oleh pemerintah.dengan beberapa kebijakn yang telah dirancang hingga sedemikian rupa dan dapat diterapkan dalam masyarakat, hingga beberapa dari kebijakan-kebijakan itu dapat membantu permasalahn yang dihadpi oleh masyarakat. 

Beberapa cara yang dapat mencegah terjadinya inflasi yaitu:
  • Kebijakan Moneter
  • Kebijaksanaan Fiskal
  • Kebijaksanaan yang berkaitan dengan Output.
  • Kebijaksanaan Penentuan Harga dan Indexing.
  • Kebijakan Lain seperti: Peningkatan Produksi. 
Kebijakan Upah. 
Pengawasan Harga. 
  • Perbaikan Prilaku Masyarakat

Jika inflasi telah terjadi dan masyarakat telah merasakan dampak yang telah diberikan oleh inflasi tersebut ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. Dengan beberapa cara yang akan disebutkan diharapakan dampak yang telah dialami oleh masyarakat kini akan mulai berangsur ringan, dan dapat terselesaikan. 
Adapun cara mengatasi inflasi tersebut adalah:
1. Peningkatan tingkat suku bunga
2. Penjualan surat berharga
3. Peningkatan cadangan Kas
4. Pengetatan pemberian kredit

  • KESIMPULAN
Inflasi mempunyai pengertian sebagai sebuah gejala kenaikan harga barang yang bersifat secara terus menerus. Inflasi juga dapat terjadi apabila arus uang dan baranag mengalami gangguan atau ketidak lancaran pendistribusian barang sampai daerah yang dituju. Dan faktor-faktor yang dapat memicu terjadinya inflasi adalah Jumlah uang beredar, defisit anggaran belanja pemerintah, demand Side Inflation, Supply Side Inflation, Demand Supply Inflation, Supressed Inflation atau Inflasi yang ditutup-tutupi. Cara-cara untuk mengatasi inflasi adalah Peningkatan tingkat suku bunga, Penjualan surat berharga, Peningkatan cadangan Kas, Pengetatan pemberian kredit.









Minggu, 19 Mei 2013

GDP



   A.   Pendahuluan

Definisi Produk Domestik Bruto atau Gross Domestic Product (GDP).
Gross Domestic Product (GDP) adalah penghitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi aktivitas perekonomian nasionalnya, tetapi pada dasarnya GDP mengukur seluruh volume produksi dari suatu wilayah (negara) secara geografis.

Sedangkan menurut McEachern (2000:146), GDP artinya mengukur nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian pada suatu saat.
Gross domestic product hanya mencakup barang dan jasa akhir, yaitu barang dan jasa yang dijual kepada pengguna yang terakhir. Untuk barang dan jasa yang dibeli untuk diproses lagi dan dijual lagi (Barang dan jasa intermediate) tidak dimasukkan dalam GDP untuk menghindari masalah double counting atau penghitungan ganda, yaitu menghitung suatu produk lebih dari satu kali.
Contohnya, grosir membeli sekaleng tuna seharga Rp 6.000,- dan menjualnya seharga Rp 9.000,-. Jika GDP menghitung kedua transaksi tersebut , Rp 6.000,- dan Rp 9.000,-, maka sekaleng tuna itu dihitung senilai Rp 15.000,- (lebih besar daripada nilai akhirnya). Jadi, GDP hanya menghitung nilai akhir dari suatu produk yaitu sebesar Rp 9.000,-. Untuk barang yang diperjual-belikan berulang kali (second-hand) tidak dihitung dalam GDP karena barang tersebut telah dihitung pada saat diproduksi. (2000:146-147).

Tipe-tipe GDP
Ada dua tipe GDP, yaitu :
1) GDP dengan harga berlaku atau GDP nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut.
2) GDP dengan harga tetap atau GDP riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain Angka-angka GDP merupakan hasil perkalian jumlah produksi (Q) dan
harga (P), kalau harga-harga naik dari tahun ke tahun karena inflasi, maka besarnya GDP akan naik pula, tetapi belum tentu kenaikan tersebut menunjukkan jumlah produksi (GDP riil). Mungkin kenaikan GDP hanya disebabkan oleh kenaikan harga saja, sedangkan volume produksi tetap atau merosot.

Perhitungan GDP

Menurut McEachern (2000:147) ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam perhitungan GDP, yaitu:
1. Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun.
2. Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.

GDP berdasarkan Pendekatan Pengeluaran.
Menurut McEachern (2000:149) untuk memahami pendekatan pengeluaran pada GDP, kita membagi pengeluaran agregat menjadi empat komponen, konsumsi, investasi, pembelian pemerintah, dan ekspor netto. Kita akan membahasnya satu per satu.
1. Konsumsi, atau secara lebih spesifik pengeluaran konsumsi perorangan, adalah pembelian barang dan jasa akhir oleh rumah tangga selama satu tahun. Contohnya : dry cleaning, potong rambut, perjalanan udara, dsb.
2. Investasi, atau secara lebih spesifik investasi domestik swasta bruto, adalah belanja pada barang kapital baru dan tambahan untuk persediaan.
Contohnya : bangunan dan mesin baru yang dibeli perusahaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
3. Pembelian pemerintah, atau secara lebih spesifik konsumsi dan investasi bruto pemerintah, mencakup semua belanja semua tingkat pemerintahan pada barang dan jasa, dari pembersihan jalan sampai pembersihan ruang pengadilan, dari buku perpustakaan sampai upah petugas perpustakaan. Di dalam pembelian pemerintah ini tidak mencakup keamanan sosial, bantuan kesejahteraan, dan asuransi pengangguran. Karena pembayaran tersebut mencerminkan bantuan pemerintah kepada penerimanya dan tidak mencerminkan pembelian pemerintah.
4. Ekspor netto, sama dengan nilai ekspor barang dan jasa suatu negara dikurangi dengan impor barang dan jasa negara tersebut. Ekspor netto tidak hanya meliputi nilai perdagangan barang tetapi juga jasa.

Dalam pendekatan pengeluaran, pengeluaran agregat negara sama dengan penjumlahan konsumsi, C, investasi, I, pembelian pemerintah, G, dan ekspor netto, yaitu nilai ekspor, X, dikurangi dengan nilai impor, M, atau (X-M).
Penjumlahan komponen tersebut menghasilkan pengeluaran agregat, atau GDP:
C + I + G + (X-M) = Pengeluaran agregat = GDP

GDP berdasarkan Pendekatan Pendapatan.
Menurut McEachern (2000:151) pendapatan agregat sama dengan penjumlahan semua pendaptan yang diterima pemilik sumber daya dalam perekonomian (karena sumber dayanya digunakan dalam proses produksi). Sistem pembukuan double-entry dapat memastikan bahwa nilai output agregat sama dengan pendapatan agregat yang
dibayarkan untuk sumber daya yang digunakan dalam produksi output tersebut: yaitu upah, bunga, sewa, dan laba dari produksi.
Jadi kita dapat mengatakan bahwa:
Pengeluaran agregat = GDP = Pendapatan agregat
Suatu produk jadi biasanya diproses oleh beberapa perusahaan dalam perjalanannya menuju konsumen. Meja kayu, misalnya, mulanya sebagai kayu mentah, kemudian dipotong oleh perusahaan pertama, dipotong sesuai kebutuhan mebel oleh perusahaan kedua, dibuat meja oleh perusahaan ketiga, dan dijual oleh perusahaan keempat. Double counting dihindari dengan cara hanya memperhitungkan nilai pasar dari meja pada saat dijual kepada pengguna akhir atau dengan cara menghitung nilai tambah pada setiap tahap produksi. Nilai tambah dari setiap perusahaan sama dengan harga jual barang perusahaan tersebut dikurangi dengan jumlah yang dibayarkan atas input perusahaan lain.
Nilai tambah dari tiap tahap mencerminkan pendapatan atas pemilik sumber daya pada tahap yang bersangkutan. Penjumlahan nilai tambah pada semua tahap produksi sama dengan nilai pasar barang akhir, dan penjumlahan nilai tambah seluruh barang dan jasa akhir adalah sama dengan GDP berdasarkan pendekatan pendapatan.











   B.   Isi 

ANALISIS KONSUMSI MASYARAKAT DI INDONESIA

Dalam kasus ini ada beberapa  isu-isu penting yang selalu dihadapi oleh setiap individu dalam mencapai tujuannya tersebut. Salah satu komponen penting untuk menilai perkembangan tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk adalah pola pengeluaran konsumsi masyarakat. Apabila pengeluaran-pengeluaran konsumsi semua orang dalam suatu Negara dijumlahkan , maka hasilnya adalah pengeluaran konsumsi masyarakat Negara yang bersangkutan.
           
Menurut Keynes, faktor utama yang menentukan prestasi ekonomi
suatu negara adalah pengeluaran agregat yang merupakan pembelanjaan
masyarakat terhadap barang dan jasa. Keputusan konsumsi rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
           
Dikebanyakan Negara pengeluaran konsumsi sekitar  50% - 75%  dari gross domestic product (GDP) sehingga konsumsi rumah tangga dapat mempengaruhi fluktuasi kegiatan ekonomi dari waktu kewaktu, dimana konsumsi individu berbanding lurus dengan pendapatannya. Di Indonesia, konsumsi juga memiliki peranan yang sangat dominan dalam perekonomian, dimana kontribusi konsumsi terhadap perekonomian Indonesia sangat besar dan dominan yaitu antara 57,7% - 73,9% dari gross domestic product (GDP). Konsumsi rumah tangga terjadi karena adanya pendapatan yang diperoleh rumah
tangga yang berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya yang dibedakan menjadi 4 golongan yaitu tanah, tenaga kerja,modal keahlian kewirausahaan.

Pajak pendapatan perseorangan dikenakan pada setiap individu yang mendapatkan upah atau gaji pokok diatas pendapatan kena pajak dalam suatu periode tertentu. Pendapatan individu yang sudah dikurangi pajak pendapatan perseorangan merupakan pendapatan disposibel. Sehingga pendapatan posibel dapat digunakan untuk keperluan konsumsi atau membeli barang atau jasa yang mereka inginkan. Pemungutan pajak oleh pemerintah tersebut akan berakibat berkurangnya besaran pendapatan yang dapat dibelanjakan oleh individu, dan pajak yang dipungut oleh pemerintah akan mengakibatkan berkurangnya besaran pendapatan yang akan digunakan untuk keperluan konsumsi. Pendapatan posibel masyarakat Indonesia cenderung mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan pendapatan masyarakat Indonesia dengan besaran mencapai 400%.
           
Konsumsi mempunyai hubungn yang erat dengan tingkat tabungan  dimana tabungan adalah pendapatan yang tidak dipakai dalam kegiatan konsumsi atau tidak digunakan untuk belanja. Suku bunga juga mempengaruhi tingkat konsumsi melalui perantara tabungan. Semakin tinggi suku bunga maka semakin besar jumlah uang yang ditabung dan semakin kecil uang yang akan dibelanjakan untuk dikonsumsi. Semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin kecil jumlah uang yang akan ditabung dan semakin besar uang yang akan dibelanjakan untuk dikonsumsi. Hubungan antara konsumsi dan tabungan akan bertentangan dimana peningkatan suku bunga akan mempengaruhi pola konsumsi masyarakat.
*Baginda Persaulian, SE, ME, Karyawan Bank BTPN
**Dr. Hasdi Aimon, M.Si adalah Dosen Fakultas Ekonomi UNP
***Drs. Ali Anis, M.Si adalah Dosen Fakultas Ekonomi UNP


ANALISIS PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA BI, DAN PRODUK
DOMESTIK BRUTO TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) BANK SYARIAH
DI INDONESIA

Krisis moneter terjadi pada tahun 1998 telah membuat beberapa bank dilikuidasi karena tidak mampu melaksanakan kewajibannya terhadap nasabah akibat dari suku bunga yang tinggi yang telah ditetapkan pemerintah selama krisis moneter berlangsung. Terkecuali bank syariah, karena bank ini tidak menganut sistem bunga. Dalam hal ini bank syariah tidak menglami pergerakan negatif. Dan banksyariah juga tidak memiliki kewajiban untuk membayar kewajiban bunga kepada nasabahnya. Salah satu cara untuk melihat perkembangan bank adalah dengan melihat tingkat profitabilitasnya serta tingkat efisiensinya. Dalam variabel makroekonomi yang digunakan adalh inflasi, suku bunga BI (BI Rate), dan gross domestic product (GDP) ketiga faktor ini merupakan dampak dari krisis financial global taun 2008.

Hunungan inflasi terhadap ROA adlah inflasi akan menurunkan nilai riil tabungan karena masyarakat akan mempergunakan hartanya dan pendapatannya untuk memenuhi kebutuhannya dan mencukupi biaya pengeluaran karena harga-harga barang yang naik, sehingga mempengaruhi profitabilitas suatu bank. Pengaruh inflasi terhadap ROA adalah semakin besar inflasi maka semakin besar ROA perusahaan, sebaliknya semakin kecil inflasi maka semakin kecil pula ROA perusahaan.


Hubungan BI Rate terhadap ROA  juga mempengaruhi profitabilitas suatu bank. Semakin tinggi suku bunga BI maka akan diikuti naiknya suku bunga deposito yang berakibat langsung penurunan sumber dana terhadap pihak ketiga bank syariah. Dari penelitian ini BI Rate tidak berpengaruh terhadap ROA. Tetapi berpengaruh pada ROA terhadap bank syariah karena nasabah akan memindahkan dananya ke bank konvensional guna mendapatkan bunga yang lebih tinggi.

Hubungan gross domestic product (GDP) terhadap ROA  juga menjadi salah satu indicator makro ekonomi yang mempengaruhi profitabilitas bank. Jika GDP naik maka pendapatan masyarakat juga akan naik. Sehingga kemampuan menabung (saving) masyarakat juga akan meningkat. Peningkatan menabung (saving) masyarakat ini yang akan mempengaruhi profitabilitas bank syariah. Dengan demikian indicator GDP ini berpengaruh positif bagi ROA terhadap bank syariah. Naik atau turunnya GDP akan mempengaruhi kemampuan saving oleh masyarakat di bank. Suku bunga BI dapat berpengaruh negative terhadap ROA. Namun tidak pada inflasi dan gross domestic product dua indikator ini dapat berpengaruh positif terhadap ROA.
*Ayu Yanita Sahara

PENGARUH INFLASI DAN PERUBAHAN KURS TERHADAP GDP INDONESIA PERIODE 1997 – 1998

Pada pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami krisis ekonomi yang berdampak negatif pada kondisi perekonomian dan krisis ekonomi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor baik yang bersifat eksternal maupun internal. Dampak krisis tersebut ditandai dengan situasi perekonomian Indonesia pada tahun setelah terjadinya krisis mengalami pasang surut, hal ini ditunjukkan dengan perubahan Gross Domestic Product (GDP) riil, tingkat pengangguran, jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia, pada awal tahun 1998 GDP riilnya turun 13,01 % dan jumlah orang dewasa yang bekerja menurun dari 95,3 % ke 94,5 % dan tingkat pengangguran meningkat dari 4,7 % ke 5,5 %. Satu tahun kemudian (1999) GDP riil tumbuh sebesar 0,31 % dan jumlah penduduk dewasa yang bekerja menurun sebesar 93,7 % dan tingkat pengangguran meningkat kembali ke 6,3 % (BPS, 2000). Dan Dengan diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (khususnya US$) ditentukan oleh mekanisme pasar.
           
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh tingkat pengangguran, inflasi dan perubahan kurs terhadap pertumbuhan GDP . Data yang digunakan dalam penelitian ini data sekunder. Data itu meliputi data tahunan inflasi, perubahan kurs dan GDP peride 1997 sampai 2008. Hasil penelitian ini mengindikasikan ada pengaruh inflasi(X1), dan perubahan kurs (X2) terhadap GDP (Y) secara simultan berdasarkan nilai Fhitung sebesar 23,881 dengan tingkat signifikansi 0.000. Selain itu tidak ada pengaruh yang signifikan perubahan kurs (X2) terhadap GDP (Y) dan ada pengaruh negatif antara inflasi dengan GDP (Y) secara parsial dengan nilai β1 = -0,251 dan sig t = 0,000, β2=0,000 dan sig t= 0.882 Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan terdapat pengaruh negatif tingkat inflasi terhadap pertumbuhan PDB atau GDP .Tidak ada pengaruh yang signifikan perubahan kurs terhadap pertumbuhan PDB atau GDP Berdasarkan pada Uji F dimana diperoleh Fhitung >Ftabel yang menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan inflasi dan perubahan kurs secara simultan terhadap PDB atau GDP .
            Saran dalam penelitian ini adalah : (1) Penelitian ini perlu dilakukan lebih lanjut dan mendalam perihal signifikansi kurs terhadap PDB. (2) Untuk meningkatkan PDB di Indonesia pemerintah diharapkan menekan angka inflasi dan nilai kurs agar tidak terus mengalami kenaikan yang signifikan.
*Dedik Eko Purwanto









   C.  KESIMPULAN
Masyarakat Negara Indonesia akan mendapatkan pendapatannya lebih besar apabila tingkat biaya pajak yang dipungut oleh pemerinah rendah. Dan ada kemampuan masyarakatnya untuk saving atau menabung. Tingkat keinginan masyarakat untuk menabung akan lebih tinggi apabila suku bunga bank tinggi. Dan sebaliknya apabila suku bunga suatu bank rendah maka masyarakatpun tidak terlalu tertarik untuk melakukan saving atau menabung. Dari tingkat saving inilah yang dapat mempengaruhi profitabilitas suatu bank di Indonesia. Prestasi ekonomi suatu Negara juga dapat dilihat dari pengeluaran agregat pembelanjaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Dari ketiga kesimpulan diatas perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh beberapa indikator. Diantaranya adalah Inflasi, BI Rate, gross domestic product. Indikator-indikator tersebut memiliki peranan yang penting dalam profitabilitas bank yang ada di Indonesia. Dimana BI Rate dapat berpengaruh negatif pada ROA. Namun sebaliknya pada inflasi dan gross domestic product kedua indikator tersebut dapat memberi dampak positif terhadap ROA.